Misteri lelaki di Pinggir Jalan, di Tengah Kota Nabire

Foto : Misteri black manis cantik berkonde Oleh : Hendrik Christian Degei Pagi itu, di tengah terminal Oyehe tepatnya, aku selalu melihat wanita yang sama di minggu ini, dia cantik menurutku, berambut konde dan tampak cantik, jika seandainya ada kesempatan ingin sekali rasanya aku untuk berpatah kata dengannya. “Frans Gobai, silahkan diminum”, sapaku dengan secangkir kopi hangat di hadapannku. “Kaka kenal dengan wanita yang selalu di pinggir jalan itu, sempat ketemu tiap hari?”, tanyaku seraya menunjuk ke arah jalanan di pinggir lalu lalang kendaraan. “tentu adik, dia keluarga kaka juga, dia tinggal di rumah kakanya di karang barat… emangnya kenapa dik?”, tanya kaka Frans sambil duduk di angkringannya yang masih sepi. “gak kak, Cuma pingin tahu aja, apa dia sudah menikah kak?”, tanyaku penasaran. “Belum, dia belum menikah, minggu lalu ada yang ngelamar, seorang mantri, anak pendeta gitu, tapi ditolak juga “karena cinta bedah keyakinan”, padahal dia anak tertua, adiknya yang cewek malah udah nikah 2 tahun lalu, kayaknya dia bakal jadi perawan tua.Hmmm.. kalo dik mau ngelamar, kayaknya susah dik.. soalnya sudah banyak pemuda yang ngelamar tapi semuanya ditolak”, kata Fransi berbisik. “lyo, kok bisa dik, emangnya kenapa?”, kataku semakin penasaran mendengar penuturan kak itu. “saya toh kagak tau mas, woh gadis itu, orangnya pendiam sih, tapi menurut rumor yang saya dengar, dia itu sombong dik dan kalau milih suami itu pilih-pilih, makanya semuanya pada ditolak” lanjut kak Frans semakin lirih. “apa dia itu benar sombong kak?”, tanyaku masih tak percaya. “kalau menurut dik sih tidak, soalnya setahu bapak dia anak baik, soalnya juga sering mampir sebulan lancarnya obrolan , kalau dik sih positif thingking aja kak, toh itu hanya rumor”, kataku sambil mengopi sarapannya. Aku hanya bisa diam membisu sambil memikirkan ucapan Kaka Frans, bagiku gadis itu masih menjadi sebuah misteri. “siapa sebenarnya kamu?”, tanyaku selalu dalam hati, “heemmm”. Masih di pagi yang sama, saat kulihat dia kembali. Kalau kemarin dia memakai baju hijau, sekarang dia tampak anggun dengan baju rasta “I Love Mabipay” tulisan nya, aku sendiri pun sudah tak tahan ingin bertegur sapa dengannya, sekaligus berteguran dengan penasaran, mungkin akan sedikit bisa menghilangkan rasa penasaran dalam hatiku. “hmm.. Selamat pagi dik..”, sapaku membuka pembicaraan. “Juga, selamat pagi “, jawabnya dengan seulas senyum tersungging di bibir merahnya. “Puji Tuhan”, ucapku dalam hati. Gadis itu berambut konde benar-benar cantik, “Ya Allah, sungguh niatku hanya untuk cinta mati dengannya. Kuatkanlah imanku”, ucapku dalam hati. Hanya do’a, salah satunya untuk mempersatukan cintaku untuk mencintainya. Akhirnya dengan agak canggung, gadis itu memberikan nomor handphone kepadaku. Sangat senang hatiku menerimanya. Mungkin ini adalah langkah awal yang baik untuk mengenalnya. Cerita, mimpi siang bolong tidak ada sepatah kata pun yang terlontar, kami hanya saling diam, aku pun hanya mengikuti langkahnya. Sambil berharap, ada kata yang bisa diucapkan. “terimakasih kak, ucapku kepada sih cewe yang berambut konde itu. Terimakasih atas semua”, katanya tanpa melihat wajahku sedikitpun, hanya menunduk sedari tadi yang dia lakukan. “iya sama-sama sodara , hmm.. oya nama saya Christian , kalau nama sodara siapa..?”, tanyaku salah tingkah. “nama saya Putri Papuana , panggil aja Papuana. Ya udah “Putri Papuana” maaf saya harus pulang ke rumah dulu. Permisi selamat siang kamu dua” lanjutnya tanpa sedikitpun melihat wajahku. “O.. iya kak Putri, selamat jalan, hati-hati di jln”, jawabku sedikit penasaran. Hari yang sama dan kejadian yang sama, terjadi sudah selama sebulan ini, tanpa ada perkembangan yang berarti, sampai sekarang pun rasa penasaranku pun belum terpuaskan. Hingga suatu hari ku beranikan diri mendatangi rumah gadis itu. “ee.. adikku, silahkan masuk”, ucap Kaka Frans. Frans Gobai adalah salah satu dari motivator ku, dia tak asing lagi kepadaku. “hmm.. tapi kalo seandainya kamu punya waktu, adik ingin ngomong sebentar dulu”, kataku setengah basih itu kepadanya. Wajahnya tampak serius itu membuatku penasaran dan ingin tahu apa yang ingin aku sampaikan. “iya kak, tidak apa-apa, silahkan saja, kak toh sedang tidak ada kesibukan”, ucapku kepadanya. “hmmm… apakah kamu suka sama Putri Papuana?”,di tanya lagi. Aku mendengar pertanyaan seperti itu, rasanya seperti disuruh menjinjing ribuan kilo batu, tapi melihat keseriusan dari Kak, Frans. Akhirnya aku memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan itu. “Iya kak, saya menyukai bahkan mencintai putri Papuana semenjak pertama kali saya bertemu dengannya”, jawabku. Dengan menghembuskan nafas lega kaka berkata “baiklah kalau seperti itu dik. Kak sangat senang mendengarnya dan berharap kamulah jodoh Papuana nantinya”. “kalau boleh tahu apa yang sebenarnya terjadi kak?”, tanyaku semakin penasaran, bahkan hingga menahan nafas menunggu jawaban yang selama ini kunanti, tentang misteri cinta lelaki jalanan di pinggir jalan ini. Frans tepatnya. Sempat canda tentang pengalaman dia dengan istrinya “saat juangnya sang kekasihnya”. “dulu sekali Frans pernah berpacaran seperti gadis-gadis lainnya, sama seperti pacaran pada umumnya dik, kak sangat mencintai cewek itu karena Allah, namanya Putri Melanesia cewe asal sukikai bagian selatan yang berhasil mengetuk pintu hati kaka, adik dia ini hanya baru bertemu sekali, namun kaka sangat yakin kalau perempuan itu yang akan jadi pendamping hidupnya”, kata Frans. Aku mengawali ceritanya. “lalu apa yang selanjutnya terjadi kak?”, jawabku masih sangat penasaran. Dengan menghela napas panjang Frans. Frans melanjutkan ceritanya. “Dulu kami tak sekaya ini dik, kami hidup serba kekurangan, bahkan untuk kerja nya angkot “Lintas Tiho “, Frans harus bekerja keras, untuk membiayai istrinya kuliah hingga sekarang mencapai semester akhir-akhir ini selesai lewat kuliah online. Jika ditanya impiannya hanya satu membahagiakan keluarga dan memberangkatkan Frans orangtuanya. Sedangkan Istrinya Frans pun harus berada di City Holandia , untuk melanjutkan kuliahnya. Jadi selama pacaran itu mereka hanya berhubungan dengan telepon saja. Pernah sekali istrinya Frans bercerita pada saya, kalo tidak salah di bulan Juni 2019, kalau aku akan menemui dia, dia juga bercerita mereka akan mengikat janji, di hadapan Allah. Awalnya Frans berpikir itu hanya janji biasa, janji yang biasa dilanggar. Tapi ternyata Istrinya juga sih sangat memegang janji tersebut”. Aku punya niat tinggi untuk lebih mendalam, demi untuk Putri Papuana. “Janji yang seperti apa kak.?”, tanyaku semakin penasaran.”entahlah apa tak berkata apapun tentang janji itu, bahkan Frans sendiri juga khawatir, tapi aku selalu berkata tidak apa-apa Kak, semuanya akan baik-baik saja, lalu satu tahun pun berlalu Putri Melanesia masih kuliah dan Kaka mendapatkan pekerjaan sebagai sopir angkot di lintas Tiho. “Namun sepeninggal itu, seakan kaka juga menghilang bersama semua rasa cintanya. Tak ada kabar apapun yang tentang dia “putri melanesia, seperti hilang ditelan bumi dik. Tapi anehnya “Frans” kaka ini tidak meneteskan air mata sedikitpun, dia tetap ceria seakan tak terjadi apa-apa. “ Dan semenjak itu”, setiap kali ada penumpang selalu ditolaknya dengan alasan dia telah dipinang. Jujur dik, kak sangat takut, siapa yang telah meminangnya?, apakah dia masih berharap kalau kaka akan menjemputnya, setiap hari dia selalu tak tenang. Apalagi sekarang kak sudah banyak digosipin oleh tetangga adik..”, tangis dari kak Frans kepadaku. Dia membuatku merasa pilu. “hmmm.. apakah tak ada kabar dari keluarga putri melanesia kak..?” tanyaku kemudian, melihat tangis Frans. Istrinya “Dia” lebih reda. “Putri Melanesia anak yatim dik, dia hanya serhana memikat cinta “mati” kepadaku, adik. dan orang tua dia nya di sangat sederhana yang tinggal di ujung pribumi “hutang–Amaikebo” bagi kami sendiri dia juga telah menjadi keluarga. Jika Putri Papuana mengijinkan kak untuk boleh canda, dan Allah menjodohkan berdua, aku akan mencoba bertanya langsung kepada Papuana , adik. “saya akan mencoba meemperistri secepatnya”, kata Frans kepadaku meyakinkan. “terimakasih kak, amin.., kak juga akan berusaha meyakinkan Putri Papuana yang cantik berambut konde itu”. Dua hari telah berlalu, bersama pembicaraan itu. Dengan mantap di pagi hari itu. Doaku pun terjawab bersama sampainya aku bertemu kembali di tempat yang sama, di pinggiran jalan dekat terminal bus Oyehe. Aku pun sudah menunggumu di depan rumah sambil menikmati sarapan dengan panasnya Kopi. “Hay, selamat pagi “, ucapku berbarengan tangan dengan Putri Papuana berambut kode hitam rasanya manis black abadi, kaulah Prem Papua” Ya, Salam, selamat pagi Hen. Ayo silahkan duduk Putri, aku sih telah menunggumu sedari tadi”, kataku kepadanya. Papuana yang berambut kode itu langsung senyum murah yang tak henti-hentinya. “ayo duduk putri, semalam aku telah berbicara dengan kak Frans, lalu dia menjawab Jika Allah mengijinkan. Kak yakin kamu pasti bisa meminangnya” “Amin..”, jawabku simpel. “terus putri Papuana dimana adik..” Di rumahnya om di belakang RSUD Siriwini. Misteri gadis di pinggir jalan itu, biarlah hanya Allah dan dia yang tahu. Hingga sekarang ia telah tiada. “biar saya tanyakan langsung dengan kisah nyata padaku” pihak kedua Frans jadi saksi pertama saat pertama kali aku betermunya dengan sih berambut konde yang dulunya sapaan yang paling murah tergoda misteri dengan lelaki di pinggir jalanan di terminal bus Oyehe. “setelah usai, aku tanyakan Frans tolong temani” jawabku sambil kecewe cinta alias putri malu “ rumput di pinggiran jalan” ingin rasanya aku segera merabah dengan empat cari, kembali sadar bahwa Putri Papuana berambut black manis itu, telah tiada. [Red: Degei] Tamat Cttn: (Red : Degei) Next. Penulis : Anak muda Papua yang tinggal di Nabire

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persaingan Percintaan Zaman Sekarang: Turnamen Cinta dalam Kompetisi antar Desa atau Distrik"

Perubahan dalam Tradisi budaya Masyarakat Adat suku Mee: Dari "Bobee & Mogee" ke Wisisi

Mewujudkan Inklusi Bahasa Daerah Setiap Suku Papua dalam Kurikulum Pendidikan